Tanggamus -ijabnews.com.
Program bantuan revitalisasi sekolah dari Kementerian yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan melalui perbaikan sarana dan prasarana sekolah, kini menuai sorotan. Proyek revitalisasi di SDN 2 Kaca Marga, Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus, diduga tidak dikerjakan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
Ketua LPAKN RI PROJAMIN Dewan Pimpinan Kecamatan (DPK) Kabupaten Tanggamus, Helmi, menilai proyek dengan nilai anggaran mencapai Rp699.218.471 tersebut dikerjakan secara asal-asalan.
Menurutnya, pemerintah pusat telah menyalurkan program revitalisasi sekolah dengan orientasi peningkatan kualitas pendidikan, yang seharusnya disertai komitmen kuat dari pihak sekolah untuk menjaga mutu pembangunan.
“Kami menduga ada kecurangan serius yang mengorbankan kualitas bangunan. Salah satunya terlihat dari penggunaan material pasir yang disebut-sebut berasal dari pasir laut,” ungkap Helmi.
Helmi menambahkan, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan aparat berwenang untuk menindaklanjuti dugaan penyimpangan tersebut.
Ia menegaskan, pengawasan terhadap pelaksanaan proyek di lapangan merupakan bentuk dukungan terhadap program pemerintah pusat agar tepat sasaran.
“Kami tidak main-main dalam mengawal program ini. Kami ingin memastikan bahwa setiap rupiah dari anggaran negara benar-benar digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, bukan malah diselewengkan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SDN 2 Kaca Marga, Elwani, S.Pd, selaku penanggung jawab pelaksanaan program revitalisasi, membantah tudingan tersebut.
Ia menegaskan bahwa material yang digunakan telah sesuai standar dan bukan pasir laut seperti yang dituduhkan.
“Pasir yang kami pakai berasal dari sungai Jak Semaka, bukan pasir laut,” kilah Elwani saat dikonfirmasi.
Program revitalisasi sekolah sendiri merupakan bagian dari upaya Kementerian Pendidikan untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dasar. Melalui bantuan ini, diharapkan sekolah-sekolah dapat memiliki fasilitas belajar yang aman, nyaman, dan modern guna menunjang mutu pembelajaran.
Namun, dugaan penyimpangan dalam pelaksanaannya di lapangan menjadi sorotan serius dan diharapkan segera mendapatkan perhatian dari pihak terkait agar program ini berjalan sesuai dengan tujuan awalnya.(Tim)


